Sabtu, 26 Maret 2016

TUGAS EPIDEMIOLOGI
“PRESENTASE PENDERITA NON POLIO AFP DI INDONESIA PADA TAHUN 2008-2012”

RAHAYU DANAR WIGATI
201466002






FAKULTAS FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA-2016
“PRESENTASE PENDERITA NON POLIO AFP DI INDONESIA PADA TAHUN 2008-2012”
A.     PENDAHULUAN
Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan polivirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf purat mennyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (QQ Scarlet, 2008). Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok umur yang paling rentan adalah 1-15 tahun. Infeksi oleh golongan enterovirus lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada wanita. WHO memperkirakan adanya 140.000 kasus baru dari kelumpuhan yang diakibatkan oleh poliomyelitis sejak tahun 1992 dengan jumlah keseluruhan penderita anak yang menderita lumpuh akibat polio diperkirakan 10 sampai 20 juta orang (Biofarma, 2007). Pemenuhan kriteria telah ditetapkan WHO dan berhubungan dengan persyaratan spesimen tinja untuk diuji di laboratorium. Hal yang berhubungan dengan spesimen tinja surveilans AFP antara lain ketepatan waktu pengambilan sampel yang optimum.
Acute flaccidity paralisys (AFP) atau lumpuh layu adlaah kelumpuhan yang bersifat layu (flaccid), terjadi dalam waktu kurang dari 14 hari yang bukan disebabkan oleh trauma. Lumpuh layu disebabkan oleh gangguan lower motor neuron, yaitu pada bagian badan sel di cornu anterior medula spinalis, saraf tepi sambungan saraf otot, atau otot. AFP adalah kasus lumpuh layu yang belum tentu diakibatkan oleh penyebab penyakit polio.
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus AFP pada nak usia <15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit polio, dalam upaya untuk menemukan adanya transmisi polio liar. Tujuan surveilans AFP antara lain mengidentifikasi daerah yang beresiko terjadinya transmisi virus polio liar, memantau perkembangan program eradikasi polio, dan membuktikan Indonesia bebas polio.
B.     GRAFIK
Surveilans AFP tersebut dilaksanakan dalam dua hal, surveilans berbasis masyarakat maupun surveilans berbasis rumah sakit. Dalam hal ini ada dua indikator utama kinerja surveilans AFP sesuai standar sertifikasi yaitu:
1.      Non Polio AFP rate  minimal 2/100.000 populasi anak usia <15 tahun
2.      Presentase spesimen adekuat minimal 80%






Gambar 2.A.1.1
Pencapaian Non Polio AFP Rate Per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun
Menurut Provinsi Tahun 2012
Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Secara nasional, non polio AFP rate pada tahun 2012 telah memenuhi target yaitu 2,77/100.000 populasi anak <15 tahun. Namun, ada satu provinsi yang masih belum mencapai target yaitu Maluku Utara.


Grafik 2.A.1.1
Trend Capaian Indikator Kinerja Surveilans AFP di Indonesia
Tahun 2008 sd 2012
Dari grafik diatas dapat kita simpulkan. Dalam 5 tahun (2008-2012) surveilans AFP cukup baik. Non Polio AFP rate mampu mencapai tarhet yang ditetapkan dan cenderung meningkat pada tahun 2012. Untuk spesimen adekuat, indikator tersebut telah mencapai target (>80%) dan mengalami peningkatan pada 2008-2012 masih berada dibawah target (<90%).
Berdasarkan surveilans AFP, kasus non polio AFP rate menunjukkan data tertinggi pada tahun 2012 yaitu berkisar 2,77. Kasus AFP yang terjadi dimasyarakat sebagian besar terjadi bukan karena penyakit polio
C.     ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
Definisi kasus AFP adalah kelumpuhan flaccid (layuh tanpa penyebab lain pada ana kurang dari 15 tahun. Flaccid paralysis terjadi pada kurang dari 1% dari infeksi polivirus dan lebih dari 90 % infeksi tanpa gejala atau dengan demam tidak spesifik. Meningitis aseptik mucul pada sekitar 1% dari infeksi (Cono, J and L.N.,2002).
Gejala klinis minor berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah. Apabila penyakit berlanjut ke gejala mayor, timbul nyeri otot berat, kaku kuduk dan punggung, serta dapat menjadi flaccid paralysis. Kelumpuhan yang terjadi secara akut adalah perkembangan kelumpuhan yang berlangsung cepat (rapid progressive) antara 1-14 hari sejak terjadinya gejala awal (rasa nyeri, kesemutan, rasa kebas) sampai kelumpuhan maksimal. Sedangkan kelumpuhan flaccid adalah kelumpuhan yang bersifat lunglai, lemas atau layuh bukan kaku, atau terjadi penurunan tonus otot (RSPI, 2004).
Di negara endemis tinggi, kasus polio yang sangat khas dapat dikenal secara klinis. Di negara dimana polio tidak ada atau terjadi pada tingkat prevalensi yang rendah, poliomyelitis harus dibedakan denga paralysis lain dengan melakukan isolasi virus dan tinja. Enterovirus lain (tipe 70 dan 71), echovirus dan coxaxkievirus  dapat menyebabkan kesakitan menyerupai paralytic poliomyelitis (Rahardjo, 1991).
1.      Penyakit Penyebab AFP  
a.       Polio Myelitis Anterior Akut
Polio Myelitis Anterior Akut adalah suatu penyakit yang menyebabkan kerusaka pada sel motorik pada jaringan saraf di tulang punggung dan batang otak. Penyakit lebih banyak disebabkan oleh virus polio tetapi bisa juga disebabkan virus lain (WHO 1994 dalam Arifah, 1998). Penyakit yang termasuk poliomyelitis anterior akut diantaranya virus polio, virus non polio, VAPP.
b.      Guillan Bare Syndrom (GBS)
Guillan Bare Syndrom (GBS) adalah salah satu penyakit saraf, juga merupakan salah satu polioneuropati, karena hingga sekarang beum dapat dipastikan penyebabnya. Namun karena kebanyakan kasus terjadi sesudah proses infeksi, diduga GBS terjadi karena sistem kekebalan tidak berfungsi. Gejalanya adlaah kelemahan otot (parase hingga plegia), biasanya perlahan, mulai dari bawah ke ata. Jadi gejala awalnya bisanya tidak bisa berjalan, atau gangguan berjalan. Sebaliknya, penyembuhan diawali dari bagian atas tubuh ke bawah, sehingga bila ada gejala sisa biasanya gangguan berjalan (Fredericks et all, dalam Ikatan Fisioterapi Indonesia, 2007)
c.       Myelitis Trensvers
Myelitis Trensvers memiliki gejala khas yaitu gangguan sesoris sesuai tingkat kerusakan, gangguan proses berkemih dan defekasi, sering sakit yang berhubungan dengan pinggang.
2.      Surveilans AFP



Skema Klasifikasi Virologi AFP
Kasus polio pasti (comfirmed polio case) adalah kasus AFP yang pada hasil pemeriksaan tinjanya di laboratorium ditemukan Virus Polio Liar (VPL), cVDPV (circulating Vaccine Derived Polio Virus), atau hot case dnegan salah satu spesipemn kontak positif VPL. Sedangkan kasus polio kompatibel adalah kasus AFP yang tidak cukup bukti untuk diklarifikasikan sebagai kasus non polio secara laboratoris (virologis) yang dikarenakan antara lain spesimen tidak adekuat dan terdapat paralysis residual pada kunjungan ulang 60 hari setelah terjadinya kelumpuhan serta spesimen tidak adekuat dan kasus meninggal atau hilang sebelum dilakukan kunjungan ulang 60 hari (Ditjen PP & PL, 2007).
D.     PERAN FISIOTERAPI DALAM KASUS AFP
Definisi kasus AFP adalah kelumpuhan flaccid (layuh tanpa penyebab lain pada ana kurang dari 15 tahun. Flaccid paralysis terjadi pada kurang dari 1% dari infeksi polivirus dan lebih dari 90 % infeksi tanpa gejala atau dengan demam tidak spesifik. Meningitis aseptik mucul pada sekitar 1% dari infeksi (Cono, J and L.N.,2002).
Fisioterapi merupakan salah satu pelaksana kesehatan yang ikut serta berperan dan bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, sehingga dapat terwujud Indonesia sehat 2010 (WCPT, 1999).
Peran fisioterapi dengan melakukan intervensi, agara klien dapat melakukan Activity Daily Living (ADL) secara mandiri, memperbaiki pola berjalan, mencegah atrofi otot/deformitas pada jaringan lainnya.
E.      KESIMPULAN

Dilakukannnya Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio juga berkaitan dengan usaha mencegah semakin meningkatnya penderita AFP di Indonesia terutama anak usia <15 tahun. Namun, tidak semua AFP disebabkan oleh polio namun terdapat beberapa penyakit yang menyebabkan AFP. Penyakit AFP yang menyerang Lower Motor Neuron ini berdampak dengan kelumpuhan yang dirasakan oleh penderitanya. Sebagai tenaga fisioterapi, goal point pada kasus flaccid paralysis antara lain mencegah terjadinya perubahan pada jaringang yang terserang, meningkatan activity daily living klien, mencegah deformitas, dll. 

TUGAS EPIDEMIOLOGI "PRESENTASE PENDERITA NON POLIO AFP DI INDONESIA PADA TAHUN 2008-2012"

Acute flaccidity paralisys (AFP) atau lumpuh layu adlaah kelumpuhan yang bersifat layu (flaccid), terjadi dalam waktu kurang dari 14 hari yang bukan disebabkan oleh trauma. Lumpuh layu disebabkan oleh gangguan lower motor neuron, yaitu pada bagian badan sel di cornu anterior medula spinalis, saraf tepi sambungan saraf otot, atau otot. AFP adalah kasus lumpuh layu yang belum tentu diakibatkan oleh penyebab penyakit polio. 
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus AFP pada nak usia <15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap penyakit polio, dalam upaya untuk menemukan adanya transmisi polio liar. Tujuan surveilans AFP antara lain mengidentifikasi daerah yang beresiko terjadinya transmisi virus polio liar, memantau perkembangan program eradikasi polio, dan membuktikan Indonesia bebas polio.
Link dibawah ini menjelaskan persentasi penderita AFP di Indonesia yang bukan disebabkan oleh penyakit polio.
http://downloads.ziddu.com/download/25296790/Tugas_epidemiologi_Rahayu_Danar_Wigati_201466002_sesi_2.docx.html